Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Calling is treason??

Benarkah?? Berpura-pura bodoh agar bisa menyelesaikan rasa sakit?!!. Pernahkah kamu mengalami hal seperti itu??!   Memang teknologi sudah canggih... Saking canggihnya aku dibodohi untuk tetap percaya.. Aku menjalani hubungan LDR yang bisa dibilang memiliki dinamika yang mungkin sangat sulit untuk digambarkan. Yah... Fitur whatsapp yang mampu menjalin komunikasi kita lewat video call. Namun justru aku terjebak menjadi manusia yang paling bodoh di bumi ini. Awalnya aku tidak menyadarinya.. Aku pikir komunikasi kami akan terhambat karena sebuah jaringan sehingga kadang ketika kulihat di layar HP online atas nama dia lalu  mencoba untuk menelepon dan di layar HP tertulis "memanggil". Kadang ketika di chat juga tertera centang dua. Awalnya aku hanya berpikir rasional. Mungkin karena jaringan kira ku.. Karena dia tinggal di daerah yang sangat susah untuk akses jaringannya. Namun suatu hari aku menyadarinya ketika teman sekamar ku melakukan sebuah percobaan. Dia meny...

KARE

"Lihat, itu anak mencuri lagi" kata seorang ibu melihat seorang anak laki-laki di eksekusi pemilik kebun karena mencuri mangga. Sorotan matanya terlihat sedu. Seperti ada ketakutan dari eksepresi itu. "Joni, kau kenapa mencuri lagi??"tanya pak Mamat pemilik Mangga itu.  "Kau punya bapa dimana?? Mereka tidak ajar kau untuk tidak boleh curi ka?!!hah!!" Tanya pak Mamat dengan suara keras membentak joni.  Hingga para tetangga yang lewat berhenti berjalan melihat anak tersebut di eksekusi dengan berlutut . Terlihat airmata penyesalan dari sela- sela matanya. Dia diam sambil menundukkan kepala, aku menyaksikan itu di balik pohon Sita.  Joni memang terkenal mencuri. Tapi, aku penasaran kenapa dia tidak pernah berhenti untuk melakukannya. Aku merasa sedikit jengkel dengannya. Walau saat ini aku lihat ada airmata di pipinya, namun justru kesal karena setelah drama tersebut ia mencuri lagi setelahnya.  "Sudah berapakali kau curi ini mangga?!" T...

Gadis Sepertiga Malam

“Sudah terlambat untuk sampaikan kata sesal, kamu sudah terlanjur kehilangan. Akan susah jika kamu ingin menggapainya kembali” Ia telah banyak kehilangan, separuh jiwanya rapuh terbawa pergi bersama kenangan yang menjadi sebuah ukiran abadi di dinding hatinya itu. Namun waktu terus berjalan, hingga kini ia telah menginjak usia kepala empat dengan menghabiskan sisa waktu selama itu memikirkan cara untuk mewujudkan kata seandainya yang ratusan ribu ditawarkan dalam benaknya itu. Ia rela membiarkan diri terus tenggelam dalam suram, karena sudah tak mampu menghapus setiap jejak dan goresan kisah   yang pernah ditinggalkan masa lalu.   Kisah berawal seorang pria   parlente,   lama duduk di situ, di tempat perjumpaan pertama mereka. Hingga percakapan dimulai dengan cara yang tak biasa.   “sedang apa?” Gadis malang itu bernama Nia. Ia saat itu, melihatnya duduk di emperan jalan menuju jalan pembalap   di kota besar itu.   “duduk” jawab pria terseb...

SENANDUNG SORE

Jendela tampak bergetar di ikuti bunga di halaman terlihat mulai goyah dari tempatnya. Gemuruh dan bising atap seng sungguh memekak telinga. Tak cukup disitu, pepohonan meliuk liar dari kokohannya. Sungguh gila amarah alam kali ini. “Angin membawa kabar, begitu pula hujan” ungkapnya singkat. Dia tampak tenang, sorotan matanya terus mengarah ke jendela seperti tak ingin melepaskannya. Padahal di luar tak tampak terang, namun gelap terus bersahabat.   Indra perasa kulitku mulai peka pada hawa   sore ini. Dingin, sedingin wajahnya itu.   Garis kerutan di wajahnya,   menunjukkan usianya yang sudah tidak belia.   Ia terlihat santai, padalah kondisi di luar sangat buruk. Aku sendiripun, sudah takut bukan kepalang. “Kuharap, angin dan hujan ini membawa kabar baik bukan kabar buruk” batinku. Alam tampak ribut bersama dengan angin dan hujan yang saling berlomba-lomba membisingkan suasana. Sementara aku, masih dengan mataku menelisik setiap inci dari tubuh ...